TUGAS
EKOLOGI TUMBUHAN
“HUTAN
DATARAN RENDAH”
Disusun oleh :
Agung Febrianto
Astri Yuliani
Atikah Ananda
Fitri Yani Syahrizal
Inta Norma Rusadi
Khairiawati
Puji Rahayu
Rizka Amalia
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
ISLAM RIAU
PEKANBARU
2014
PROFIL KELOMPOK
Nama : Agung Febrianto
Kelas/NPM : 6b
|
Nama : Astri Yuliani
Kelas/NPM : 6b/116511643
|
Nama : Atikah Ananda
Kelas/NPM : 6b/116512126
|
Nama : Fitri Yani
Syahrizal
Kelas/NPM : 6b/116511936
|
|
|
|
|
|
|
|
|
HUTAN DATARAN RENDAH
PENGERTIAN
HUTAN SECARA UMUM
Hutan
adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan tumbuhan
lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di wilayah-wilayah yang luas di
dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon
dioksida (carbon dioxide sink), habitathewan, modulator arus hidrologika, serta
pelestari tanah,
dan merupakan salah satu aspek biosferBumi yang paling penting.
Hutan adalah bentuk kehidupan yang tersebar di seluruh dunia.Kita
dapat menemukan hutan baik di daerah tropis maupun
daerah beriklim dingin, di dataran rendah maupun di pegunungan,
di pulau kecil
maupun di benua
besar.
Hutan merupakan suatu kumpulan tumbuhan dan juga tanaman, terutama
pepohonan atau tumbuhan berkayu lain, yang menempati daerah yang cukup luas.
PENGERTIAN HUTAN DATARAN RENDAH
Hutan
dataran rendah merupakan hutan yang tumbuh di daerah dataran rendah dengan
ketinggian 0 - 1200 m. Hutan hujan tropis yang ada wilayah Dangkalan Sunda
seperti di Pulau Sumatera, dan Pulau Kalimantan termasuk hutan dataran rendah.
Hutan
dataran rendah Sumatera memiliki keanekaragaman hayati yang terkaya di dunia.
Sebanyak 425 jenis atau 2/3 dari 626 jenis burung yang ada di Sumatera hidup di
hutan dataran rendah bersama dengan harimau Sumatera, gajah, tapir, beruang
madu dan satwa lainnya. Selain itu, di hutan dataran rendah Sumatera juga
ditemukan bunga tertinggi di dunia (Amorphophallus tittanum) dan bunga
terbesar di dunia (Rafflesia arnoldi).
Lingkungan
hutan hujan tropis menyediakan kondisi pertumbuhan yang optimal berupa curah
hujan melimpah dan kehangatan sepanjang tahun. Pada hutan hujan tropis matahari
bersinar sangat kuat dan dengan kuantitas waktu yang sama setiap hari sepanjang
tahun, menjadikan iklim hangat dan stabil. Hutan hujan tropis bercirikan suhu
rata-rata 25 c dan curah hujan rata-rata 2.000 – 4.000 mm per tahun.
Hutan hujan memiliki begitu banyak tanaman dan hewan.Lebih
dari 50% tanaman dan hewan di bumi hidup di sini.Hal tersebut dikarenakan
besarnya jumlah energi yang tersimpan di hutan ini. Melimpahnya sinar matahari
diubah menjadi energi oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis. Energi ini
tersimpan pada tumbuhan kemudian dikonsumsi oleh hewan.Selain itu, hutan hujan
tropis berstruktur kanopi, memungkinkan tersedianya banyak tempat bagi
tanaman untuk tumbuh dan tempat hidup bagi hewan.Kanopi menyediakan
sumber-sumber makanan baru, perlindungan, dan tempat bersembunyi.Hutan hujan
tropis juga dijuluki sebagai farmasi terbesar di dunia karena hampir 1/4 obat
modern berasal dari tumbuhan di hutan hujan ini.
Hutan
hujan tropis secara sederhana adalah hutan hujan di daerah tropis. Hutan ini
dapat dijumpai di sekitar ekuator dari 23,5 LU hingga 23,5 LS yaitu daerah
antara Cancer Tropis dan Capricorn Tropis. Hutan ini dapat ditemukan di Asia
(Indonesia), Australia, Afrika (Kongo), Meksiko, Amerika Tengah, Amerika
Selatan (Bolivia, Venezuela, Kolombia, Brazil, Suriname, Peru), Papua Nugini,
pulau-pulau di samudera Pasifik, kepulauan Karibia, dan pulau-pulau Samudera
Hindia
.
CIRI-CIRI HUTAN HUJAN TROPIS
CIRI-CIRI HUTAN HUJAN TROPIS
Hutan
hujan tropis ini terdapat di daerah khatulistiwa di seluruh dunia, seperti Asia
tengah termasuk Indonesia, Amerika tengah dan selatan, Afrika, serta Australia.
Ciri-ciri
hutan hujan tropis sebagai berikut :
1. Hutan hujan tropis adalah
hutan dengan pohon-pohon yang tinggi, iklim yang hangat, dan curah hujan yang
tinggi.
2. Curah hujan sangat tinggi,
lebih dari 2.000 mm/tahun.
3. Pohon-pohon utama memiliki
ketinggian antara 20 – 40 m.
4. Cabang pohon berdaun lebat
dan lebar serta selalu hijau sepanjang tahun.
5. Mendapat sinar matahari
yang cukup, tetapi sinar matahari tersebut tidak mampu menembus dasar hutan.
6. Mempunyai iklim mikro di
lingkungan sekitar permukaan tanah/di bawah kanopi (daun pada pohon-pohon besar
yang membentuk tudung).
7. Hutan basah ini tumbuh di
dataran rendah hingga ketinggian sekitar 1.200 m dpl., di atas tanah-tanah yang
subur atau relatif subur, kering (tidak tergenang air dalam waktu lama), dan
tidak memiliki musim kemarau yang nyata (jumlah bulan kering < 2).
8. Tumbuhan yang khas yang
hidup di bioma ini adalah tumbuhan liana (tumbuhan merambat) seperti rotan dan
tumbuhan epifit seperti anggrek. Hewan yang khas di bioma ini adalah harimau,
badak, babi hutan, dan orangutan.
9. Terletak di 23,50 LU –
23,50 LS.
Siklus Pertumbuhan
Hutan
Pohon
mati disebabkan umur yang tua, biasanya dari ujung cabang memutar kembali
kepada tajuk, sedemikian sehingga spesimen hampir mati tua (`overmature' )
adalah ‘‘stagheaded'', dengan dahan lebat yang diarahkan oleh hilangnya
anggota yang semakin langsing; lubang biasanya berongga pada tingkat ini. Gugur
tajuk ke bawah adalah bagiannya, dan secepatnya batang dan musim gugur potongan
dahan sisanya, sering menyurut oleh suatu hembusan keras badai yang diawali dengan
angin.Alternatif batang terpisah sebagai kolom berdiri.Banyak pohon tidak
pernah menjangkau tingkat lanjut seperti itu tetapi diserang mati oleh kilat
atau turun satu demi satu atau di dalam kelompok pada kedewasaan utama mereka
atau lebih awal.
Kematian dari suatu
pohon individu atau suatu kelompok menghasilkan suatu gap di dalam kanopi hutan
yang memungkinkan pohon lain tumbuh. Ini pada gilirannya menjangkau kedewasaan
dan barangkali senescence; kemudian mati. Kanopi Hutan, secara terus menerus mengganti
pohon tumbuh dan mati. Ini merupakan suatu kesatuan hidup dalam keadaan
keseimbangan dinamis. Itu menyenangkan untuk diteliti pertumbuhan ini siklus
kanopi ke dalam tiga fasa: tahap gap, membangun tahap, dan tahap dewasa ( cf.
Watt 1947).
Tingkat dan
pengaturan dari tahap ini berbeda dari hutan ke hutan, sebagian besar berbeda
sebab faktor yang menyebabkan kematian.Di Hutan Hujan Dipterocarpaceae selalu
hijau pada Malaya Tengah, suatu daerah dimana gap kecil merupakan hal yang
biasa terjadi.
Jumlah materi
tumbuhan baru memproduksi per unit area per unit waktu, yang dapat disebut
netto produktivitas primer hutan, berbeda antara tiap tahapan. Tahap gap yang
rendah, meningkat ke suatu maksimum di dalam tahap pertumbuhan, dan merosot
sepanjang tahap dewasa ( cf. Watt 1947).
.Stratifikasi
Hutan
sering dianggap menjadi lapisan atau strata dan formasi hutan berbeda untuk
mendapatkan jumlah strata berbeda & Strata ( Lapisan, atau tingkat) sering
mudah dilihat dalam hutan. Mungkin
pemakaian umum istilah stratifikasi untuk mengacu pada lapisan total tingginya
pohon, yang kadang-kadang diambil seperti lapisan tajuk pohon. Pandangan yang
klasik lapisan pohon yang selalu hijau dataran rendah tropis hutan hujan adalah
bahwa ada lima strata, A-E. Lapisan A merupakan lapisan paling tinggi pohon
yang paling besar yang biasanya berdiri seperti terisolasi atau kelompok yang
muncul kepala dan bahu, di atas berlanjut lapisan B, kanopi yang utama. Di
bawah B adalah suatu tingkat pohon lebih rendah, Lapisan C ditunjukan bergabung
dalam B kecuali pada dua poin-poin dekat akhir.Lapisan D adalah berhutan
treelets dan lapisan E forest-floor tumbuh-tumbuhan herba dan semaian bibit
kecil. Bersama-Sama ini lima lapisan menjadi anggota synusiae dari tumbuhan
autotrophic independent mekanis. Dihubungkan dengan Lapisan struktural ini,
sering kasus yang di dalam strata yang lebih rendah tajuk pohon kebanyakan
lebih tinggi dari lebar, dan sebaliknya.
Lapisan
bentuk tajuk berhubungan dengan pertumbuhan pohon.Pohon muda masih bertumbuh
tingginya lingkar hampir selalu monopodial, dengan batang tunggal (ada beberapa
perkecualian, sebagai contoh Alstonia), dan tajuk pada umumnya sempit
dan jangkung.Pohon Dewasa kebanyakan jenis adalah sympodial, tanpa batang pusat
tunggal, dan beberapa dahan melanjut untuk tumbuh menambah lebar tajuk setelah
dewasa tingginya telah dicapai; paling pada umumnya,
sympodial tajuk lebih luas dibanding mereka adalah dalam, terus meningkat
sangat dengan meningkatnya umur pohon.Pohon lebih pendek belum dewasa dibanding
yang tinggi.Lapisan bentuk tajuk begitu sangat diharapkan.
Pertumbuhan
Tinggi kebanyakan jenis pohon menjadi sempurna ketika hanya antara sepertiga
dan setengah mencapai lubang diameter akhir. Diikuti daun-daunan akan cenderung
untuk dipusatkan berlapis-lapis di mana suatu jenis atau suatu kelompok jenis
dari dewasa serupa tingginya mendominasi suatu posisi, sebagai contoh, di dalam
hutan dipterocarp
Lapisan utama pada hutan hujan tropis
Hutan
hujan tropis memiliki empat
lapisan utama.Masing-masing lapisan merupakan tempat hidup tanaman dan hewan
yang berbeda yang telah beradaptasi untuk hidup di wilayah tersebut.Lapisan ini
telah diidentifikasi sebagai tajuk kanopi (emergent), kanopi atas (upper
canopy), bawah kanopi (understory), dan lantai hutan (forest floor).
• Tajuk Kanopi (emergent) berada di
ketinggian lebih dari 30 m dari permukaan tanah, tajuk ini bisa sendiri-sendiri
atau kadang-kadang menggerombol, namun tak banyak.Tajuk pohon hutan hujan
tropis rapat oleh cabang dan daun.Hal ini menyebabkan sinar matahari tidak
dapat menembus hingga ke lantai hutan.Di tajuk ini juga dijumpai
tumbuh-tumbuhan yang memanjat, menggantung, dan menempel pada dahan-dahan pohon
semisal rotan, anggrek, dan jenis paku-pakuan.Elang, kupu-kupu, kelelawar dan
monyet tertentu mendiami lapisan ini.
• Kanopi atas (upper canopy), memiliki
ketinggian antara 24–36 m memungkinkan cahaya mudah diperoleh di bagian atas
lapisan ini, tetapi mengurangi cahaya ke bagian bawah. Sebagian besar hewan
hutan hujan hidup di kanopi atas.Burung, serangga, kelelawar dan primata
tertentu mendiami lapisan ini.Di bagian ini tersedia begitu banyak makanan
(buah dan dedaunan) menyebabkan beberapa hewan tidak pernah turun ke lantai
hutan.Kanopi, berdasarkan penelitian, adalah rumah bagi 50 persen dari semua
spesies tanaman.
• Bawah kanopi (understory) adalah
terletak antara kanopi dan lantai hutan, terdiri dari pohon-pohon muda, pohon-pohon
yang tertekan pertumbuhannya, atau jenis-jenis pohon yang tahan naungan. Bawah
kanopi merupakan rumah bagi sejumlah besar serangga, burung, ular dan kadal,
serta predator seperti jaguar, boa dan macan tutul.
• Lantai hutan (forest floor) biasanya
benar-benar terhalang dari cahaya. Jenis-jenis tumbuhan yang hidup adalah yang
toleran terhadap naungan.Di lantai hutan tumbuh jenis liana yang melilit dan
mengait cabang untuk mencapai tajuk kanopi. Jenis kehidupan yang tidak begitu
memerlukan cahaya, seperti halnya aneka kapang, jamur, dan organisme pengurai
(decomposer: rayap, cacing tanah) hidup dan berkembang. Dedaunan, buah-buahan,
ranting, dan bahkan batang kayu yang rebah, segera menjadi busuk diuraikan oleh
aneka organisme tadi.Panas dan kelembaban membantu untuk memecah organisme yang
mati.Bahan organik hasil penguraian kemudian dengan cepat diserap oleh akar
pohon.
.Bentuk Pohon
Pohon adalah bentuk
hidup yang utama pada hutan hujan. Bahkan tumbuhan bawah sebagian besar terdiri
dari tambuhan berkayu bergentuk pohon berhutan; semak belukar yang terlihat
jarang, meskipun demikian lapisan D sering dengan bebas disebut “lapisan semak
belukar”
1.
Tajuk
Aspek
yang paling penting dari bentuk pohon untuk adalah perbedaan antara
konstruksi tajuk monopodial dan sympodial. Kebanyakan jenis berubah ke bentuk
tajuk sympodial ketika mereka dewasa tetapi beberapa mempertahankan bentuk
tajuk monopodial sepanjang seluruh hidup, sebagai contoh, semua Annonaceae dan
Myristicaceae di hutan tropis timur jauh, ini umum terjadi di antara jenis
pohon kecil berkembang di dalam kanopi. k dengan volume kayu yang meningkat per
area, dan pohon-pohon monopodial dengan karakteristik tajuk yang sempit,
merupakan subyek yang lebih baik dalam penanaman dibandingkan jenis sympodial.
Ini merupakan salah satu alasan mengapa conifer yang akan ditanam pada tropika
basah yang memiliki daya tarik lebih untuk diperhatikan, khusunya Pinus spp tropis,
dan Araucaria dan mengapa Shorea spp dari kelompok Dipterocarpaceae kayu
Meranti Merah Terang dan jenis cepat tumbuh lainnya, jenis yang memerlukan
cahaya, jenis kayu keras asli setempat, seperti Albizia falcata,
Campnosperma, Endospernum dan Octomeles, memiliki perhatian yang
terbatas.
Tajuk
pohon memiliki konstruksi yang tepat. Faktor utama yang menentukan bentuk tajuk
adalah pertumbuhan apical versus lateral, meristem radial simetrik versus
bilateral simetrik, berselang–seling dan berirama versus pertumbuhan berlanjut
dari tunas dan daun atau bunga. Kombinasi faktor-faktor ini hanya memberikan
pembatasan jumlah total dari model yang mungkin dari konstruksi tajuk.
Arsitektur pohon tidak berkorelasi baik dengan taksonomi, beberapa famili kaya
akan model, contohnya Euphorbiaceae dan yang lain miskin, contohnya Myristicaceae.
Batang Pohon
Untuk
mengamati bentuk batang pohon di atas lantai hutan selalu lebih kurang seperti
tiang, sedikitnya sampai bagian yang paling rendah,
Bani.
Tinggi
Banir, menyebar, bentuk permukaan dan ketebalan biasanya tetap di dalam suatu
jenis dan oleh karena itu, seperti bentuk tajuk penunjang adalah penuntun untuk
identifikasi hutan. Ada sedikit bukti yang ganjil untuk menilai kebenaran atau
jika tidak menyangkut penyamarataan yang umum bahwa pohon dengan akar ketukan
dalam tidak membentuk penunjang, dan sebaliknya.
Kulit Batang
hutan
hujan kaya dengan warna dan bayangan dari hitam (Dyospiros) sampai putih
(Tristania), sampai warna coklat terang (Eugenia). Kecuali batang-batang
pohon yang mengarah keluar iklim mikro hutan, seperti pohon yang dalam proses
terisolasi dan pada pinggiran hutan, memiliki warna yang seragam yaitu abu-abu
pucat. Sapihan dan tiang yang kecil memiliki kulit batang yang tipis dan
lembut.Batang pohon dengan diameter di atas 0.9 m memperlihatkan suatu keaneka
ragaman bentuk permukaan, secara kasar seperti bercelah, bersisik, atau
“dippled”, dan beberapa licin.Setelah daun, karakteristik permukaan kulit
batang dan penampilannya menjadi bantuan yang paling utama ke pengenalan jenis
hutan dan mungkin punya arti untuk taksonomi. Beberapa famili homogen kulit
batangnya dan yang lain menunjukkan pola gamut.
Bunga
Biasanya
bunga berkembang berhubungan dengan batang (Cauliflory) atau cabang (ramiflory)
bervariasi antara formasi hutan hujan tropis yang berbeda.Cauliflory
adalah paling umum di hutan hujan tropis dataran rendah yang selalu hijau dan
berkurang sehubungan dengan pertambahan tinggi tempat.
Akar
Suatu
Pertumbuhan, memperbaharui minat akan sistem akar pohon hutan hujan tropis
dengan pengembangan studi dalam produktivitas dan siklus hara..Seperti
kebanyakan kasus, kebanyakan akar ditengah hutan hujan ditemukan sampai pada
0.3 m atau kira-kira pada tanah.Banyak pohon yang sistem perakarannya dangkal
dengan tidak menembus terlalu dalam semuanya.Beberapa, mungkin sedikit,
mempunyai akar ketukan dalam, tetapi oleh karena; berhubungan dengan berbagai
kesulitan dalam pelaksanaannya maka sistem perakaran sangat sedikit dipelajari.
Nye dan Greenland (1960) sudah memberi perhatian pada peran penting akar secara
relatif , beberapa menembus ke kedalaman tertentu untuk mengambil hara mineral
dari pelapukan partikel batuan atau horizon alluvial, di samping peran mereka
sebagi penstabil dan jangkar. Sesungguhnya sangat sukar untuk mengetahui akar
mana yang sangat bagus dan merupakan ciri hidup mereka.Komponen ini kemudian
biasanya diremehkan, meskipun demikian esuatu yang sangat substansial dalah
menegtahui jumlah biomassa akar. Biomassa akar merupakan urutan kesepuluh dari
total biomassa dari dua hutan yang dipelajari. Hal ini merupakan alasan yang
dapat dipercaya menagapa akar terkonsentarsi di permukaan karena hara inorganik
terbentuk di sana sebagai hasil dekomposisi sisa-sisa bagian tumbuhan yang
jatuh dan hewan yang mati.
2. Epifit, pemanjat dan
pencekik
Epifit
dan pemanjat dibuat stratifikasi. Di dalam masing-masing synusia dua kelompok
utama dapat dikenali, suatu photophytic atau kelompok yang memerlukan matahari
, menyesuaikan diri secara morfologi maupun fisiologi dengan iklim mikro dari
kanopi hutan, dan skiophytic atau kelompok yang memerlukan keteduhan,
menyesuaikan diri dengan daerah yang lebih dingin, lebih gelap dan lebih lembab
pada iklim mikro dari kanopi hutan, meskipun demikian perbdaan ini tidak pernah
absolut.
1. Epifit
Epifit
tajuk pohon seperti kebanyakan anggrek dan Ericaceae.Dalam hutan hujan tropika banyak tumbuh golongan
epifit yang jumlahnya kurang lebih 10% dari pohon-pohon dalam hutan hujan
(Richards, 1952). Epifit adalah semua tumbuh-tumbuhan yang menempel dan tumbuh
di atas tanaman lain untuk mendapatkan sinar matahari dan air. Akan tetapi
epifit bukanlah parasit.Epifit bahkan menyediakan tempat tumbuh bagi hewan-hewan
tertentu seperti semut-semut pohon dan memainkan peranan penting dalam
ekosistem hutan.Sebagian besar tanaman ini (seperti lumut, ganggang, anggrek,
dan paku-pakuan) tingkat hidupnya rendah dan bahkan lebih senang hidup di atas
tumbuh-tumbuhan lain daripada tumbuh sendiri.
2. Pemanjat
Banyak
pemanjat yang menjangkau puncak kanopi mempunyai bentuk tajuk, dan sering juga
ukuran, dari tajuk pohon.Pemanjat biasanya dengan bebas menggantung pada batang
pohon, dan dapat berubah menjadi pemanjat berkayu besar.Mereka diwakili oleh
banyak famili tumbuhan.Semua kecuali dua jenis dicurigai Gymnosperm Gnetum
adalah pemanjat berkayu besar.Di antara pemanjat berkayu besar yang paling umum
adalah Annonaceae. Palm yang menjadi pemanjat, rotan, adalah kelas penting
lainnya dari pemanjat berkayu besar yang merupakan corak hutan hujan.
Pemanjat
berkayu paling besar adalah photophytes dan tumbuh prolifically di
dalam pembukaan hutan dan pinggiran hutan, menimbulkan dongeng yang populer
rimba raya tebal yang tak dapat tembus. Mereka bertumbuh dalam gap dan tumbuh
dengan tajuk pada pohon muda, maka akan ikut dengan bertumbuh tingginya
penggantian kanopi. Mereka juga bertumbuh setelah operasi penebangan dan boleh
membuktikan suatu rintangan serius kepada pertumbuhan suatu hutan
3. Pencekik
Para
pencekik adalah tumbuhan yang memulai hidupnya sebagai epifit dan menurunkan
akar ke tanah dan meningkat dalam jumlah dan ukuran dan bertahan di bawah
tekanan dan akhirnya dapat membungkus pohon yang menjadi tuannya sehingga
sering pohon itu kemudian mati. Contoh pencekik adalah Schefflera, Fagraea,
Timonius, Spondias dan Wightia
FLORA
DAN FAUNA
A. Flora
Udara
di bawah kanopi hampir selalu lembab.Pohon-pohon mengeluarkan air melalui
pori-pori daun (stomata). Proses penguapan ini disebut transpirasi. penguapan
ini menyebabkan setengah dari curah hujan di hutan hujan.
Tumbuhan
hutan hujan melakukan banyak adaptasi terhadap lingkungan.Dengan curah hujan
yang tinggi, tanaman beradaptasi untuk meloloskan air dari daun mereka dengan
cepat sehingga cabang tanaman tidak terbebani.Banyak tanaman memiliki ujung
tetes dan alur daun, dan beberapa daun memiliki lapisan berminyak untuk
menumpahkan air.Daun-daun yang lebar digunakan untuk menyerap sinar matahari
sebanyak mungkin.Beberapa pohon memiliki tangkai daun yang berubah seiring
dengan pergerakan matahari sehingga mereka selalu menyerap cahaya dalam jumlah
maksimum.Daun di atas kanopi berciri hijau gelap, kecil dan kasar untuk
mengurangi kehilangan air di bawah sinar matahari yang kuat.Beberapa pohon
menumbuhkan daun yang lebar pada tingkat yang lebih rendah dan menumbuhkan daun
kecil di kanopi atas. Tanaman lain tumbuh di atas kanopi untuk mendapatkan
sinar matahari. Tanaman tersebut adalah epifit seperti anggrek dan bromeliad.
Lebih
dari 2.500 spesies tanaman merambat tumbuh di hutan hujan. Liana tumbuh dari
semak kecil yang tumbuh di lantai hutan, ia menumbuhkan sulur untuk menggapai
pohon dan mencapai sinar matahari di atas kanopi. Tanaman merambat tumbuh dari
satu pohon ke pohon lain dan membentuk 40% dari daun kanopi. Rotan anggur
memiliki duri di bagian bawah daunnya yang menunjuk ke belakang sebagai
pegangan anakan pohon.
Tidak
ada spesies dominan di hutan hujan tropis. Pohon dari spesies yang sama sangat
jarang ditemukan tumbuh berdekatan. Keragaman hayati dan pemisahan spesies
mencegah kontaminasi massal dan kematian dari penyakit atau karena pertumbuhan
serangga. Keanekaragaman hayati juga menjamin bahwa akan ada cukup serbuk sari
untuk mengurus kebutuhan setiap spesies. Hewan tergantung pada bunga-buah
tanaman sebagai pasokan makanan sepanjang tahun.
B. Fauna
Kehidupan
fauna sangat beragam.Hewan-hewan penghuni hutan hujan tropis berupa mamalia,
burung, reptil, amfibi, dan serangga.Karakteristik hewan ini adalah memiliki
warna-warna cerah dengan pola yang tajam, bersuara keras, dan ketergantungan
pada buah-buahan.
Hewan-hewan
yang hidup di hutan hujan tropis diantaranya adalah Kupu-kupu, Kumbang,
Kupu-kupu Sayap Bening, Capung, Kupu-kupu Burung Hantu, Ulat Kaki Seribu,
Belalang Sembah, Lutung Gading, Monyet, Gorilla, Lemur, Kera, Orangutan, Macan,
Ocelot, Kerbau, Babi Rusa, Kelelawar, Kapibara, Rakun, Gajah, Pemakan Semut
Raksasa, Berang-Berang Sungai, Tapir Malaya, Badak, Tapir, Babi Hutan, Beo
Abu-Abu Afrika, Enggang, Nuri Hitam, Kasuari Gelambir Ganda, Kasuari Leher
Emas, Bangau Bluwok, Motmot, Merpati Nicobar, Beo, Merak, Nuri Pelangi, Nuri
Merah, Enggang Badak, Scarlet Ibis, Scarlet Macaw, Swainson's Toucan, Toucan,
Kakaktua Kuning, Kadal, Anole, Bunglon, Iguana Fiji, Tokek Mata Hijau, Iguana,
Bunglon Daun, Leaf-Tailed Gecko, Biawak Rawa, Biawak Air, Ular, Boa
Constrictor, Piton Pohon Hijau, Buaya, Caiman/Alligator, Katak, Blue Poison
Dart Frog, Giant Monkey Frog, Green Poison Dart Frog, Katak Emas Panama, Katak
Tomat, Ikan Angelfish, Neon Tetras, Discus, lele, Danios, Gurame, ikan adu.
Hutan Larangan Adat Kenegrian Rumbio
Dari sedikit tutupan hutan yang masih
tersisa di Riau, hutan larangan Rumbio adalah secercah harapan yang tersisa.
Hutan larangan Rumbio yang merupakan hutan adat dari Kenegerian Rumbio memang
hanya sedikit kawasan dibanding kawasan konservasi lain.
Namun jika
dibandingkan kawasan konservasi resmi yang dipelihara pemerintah, seperti cagar
alam atau suaka alam, Rumbio bisa dikatakan lebih baik.
Apalagi hutan Rumbio
tak dipelihara negara atau pun dalam pengawasan Unesco seperti Cagar Biosfer
Giam Siak Kecil-Bukit Batu. Hanya adat Kenegerian Rumbio yang menjaganya.
Dalam peta rencana
tata ruang wilayah (RTRW), kawasan hutan Rumbio termasuk dalam areal
pemanfaatan langsung (APL).Tidak ada aturan perundangan yang melarang
penebangan hutannya.
Akan tetapi hutan adat
yang memiliki luas 570 hektare ini relatif terjaga hingga saat ini.Bahkan sejak
ratusan tahun lalu, hutan ini nyaris tak tersentuh dan menjadi hutan primer
yang asli.
Saat kita memasuki
kawasan hutan larangan Rumbio, nuansa hutan langsung terasa.Areal perbukitan
dengan kontur tanah menanjak menjadi salah satu ciri khasnya.
Udara sejuk langsung
menyergap.Binatang hutan pun bernyanyi.Nyamuk mengerubung. Dari jalan aspal dan
perumahan penduduk, jaraknya hanya sekitar 50 meter, hingga derap kehidupan dan
laju kendaraan masih terdengar.
Tapi memasuki hutan adat ini, semuanya berganti alami.Ada beberapa pohon karet di sekelilingnya, namun dalam jumlah kecil.Beberapa perkebunan karet warga memang menjadi areal penyangga hutan adat ini.
Tapi memasuki hutan adat ini, semuanya berganti alami.Ada beberapa pohon karet di sekelilingnya, namun dalam jumlah kecil.Beberapa perkebunan karet warga memang menjadi areal penyangga hutan adat ini.
Hutan adat Rumbio
tidak terhubung dengan hutan lainnya.Di sekelilingnya sudah bertumbuhan
perumahan penduduk dan perkebunan karet milik masyarakat.
Jarak dengan hutan
terdekat sejauh 5 Km, yakni hutan produksi terbatas (HPT) PT Batang Lipai Siabu
yang luasnya mencapai ribuan hektare. Secara administratif, kawasan hutan ini
terletak di empat desa yakni Rumbio, Padang Mutung, Pulau Sarak, Koto Tibun,
semuanya di wilayah Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar, Riau.
Sebagai hutan primer,
hutan larangan Rumbio memiliki vegetasi yang asli dan beragam.Di antaranya yang
paling besar adalah pohon kempas.Kempas di hutan ini ada yang mencapai diameter
bawah hingga 2 meter, atau empat pelukan orang dewasa, bahkan lebih.
Selain kempas, ada
juga ara, arang-arang, bayas, cubadak hutan, jelutung, kandis, keruing, kulim,
manau, manggis hutan, medang sendok, meranti, palem kipas, pulai, rambutan
hutan, pinang hutan, gaharu, dan lainnya.
Sedangkan fauna di kawasan ini di antaranya
rusa, babi, bajing, beruk, biawak, kijang, landak, simpai, trenggiling, tupai,
ungko.Ada juga beberapa burung langka seperti rangkong, enggang,
dantiung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar